Dampak perang dagang global: gelombang PHK di industri tekstil Pekalongan karena lonjakan impor Tiongkok
dampak perang dagang global terhadap industri tekstil di Pekalongan |
Pemerintah Indonesia merilis Permendag Nomor 8 Tahun 2024, yang melonggarkan regulasi impor produk tekstil jadi tanpa perlu izin teknis (Pertek) dari Kemenperin. Dampaknya, produk murah dari Tiongkok dan Thailand mudah masuk ke pasaran domestik, menekan produk lokal dari sisi harga
2. Industri Tekstil Nasional Tumbang
Produk impor yang sangat murah menyebabkan produksi industri tekstil menurun drastis. Utilitas pabrik tekstil sempat menyusut hingga 70%. Banyak perusahaan gulung tikar akibat penurunan pendapatan dan memburuknya daya saing
3. Skala Besar PHK di Tingkat Regional & Kota Pekalongan
-
Selama 2024, tercatat sekitar 46.240 pekerja TPT terkena PHK, sebagian besar karena tutupnya sejumlah pabrik di Jateng termasuk Pekalongan
Contoh nyata: PT Dupantex di Pekalongan tutup, menyebabkan ribuan pekerja kehilangan pekerjaan; kasus serupa juga dialami oleh PT Panamtex yang dinyatakan pailit pada September 2024
-
Secara nasional, sekitar 11.000 pekerja terkena PHK akibat Permendag 8/2024, dengan sendi industri tekstil lokal lumpuh akibat batalnya kontrak maklon dan marketplace
4. Faktor-faktor Pemicu Mendalam
-
Permintaan global menurun dari pasar Amerika Serikat dan Eropa sehingga ekspor tekstil Indonesia melemah
-
Biaya produksi di dalam negeri tinggi karena nilai tukar rupiah melemah, biaya izin, dan pungutan-pungutan yang membebani produsen lokal, membuat mereka kalah bersaing harga dengan produk impor
5. Kebijakan & Tuntutan Agar Pemerintah Bertindak
Para legislator dan asosiasi buruh mendesak:
-
Pembatasan impor tekstil dari Tiongkok dan Thailand, termasuk impor ilegal.
-
Penegakan aturan domestic utilization obligation agar produsen lokal menggunakan bahan baku dalam negeri terlebih dahulu
-
Evaluasi kembali Permendag 8/2024 karena dinilai memperparah krisis terhadap industri lokal
Dampak Sosial-ekonomi untuk Pekalongan
-
Puluhan ribu pekerja kehilangan mata pencaharian, menimbulkan tekanan sosial dalam komunitas industri tekstil di Pekalongan.
-
Usaha kecil & menengah (IKM batik dan tekstil) tertekan sebab tidak mampu bersaing dengan harga barang impor. Kehilangan pasar berdampak langsung pada kesinambungan usaha lokal.
-
Turunnya pendapatan lokal mendorong turunnya daya beli masyarakat dan memperlambat pemulihan ekonomi pasca‑pandemi.
Ringkasan
Faktor Utama | Dampak Nyata |
---|---|
Impor produk tekstil murah | Penurunan produksi pabrik, gulung tikar |
Relaksasi kebijakan impor Permendag 8 | PHK massal hingga 46.000 pekerja |
Menurunnya permintaan ekspor global | Ketergantungan pasar dalam negeri meningkat |
Biaya produksi lokal tinggi | Tekstil nasional kalah bersaing harga |
Serbuan produk tekstil impor dari Tiongkok—didorong oleh kebijakan relaksasi impor—menjadi pemicu utama kejatuhan sejumlah pabrik tekstil di Pekalongan dan sekitarnya. PHK massal yang terjadi bukan hanya soal kehilangan pekerjaan, tetapi juga ancaman terhadap eksistensi budaya dan ekonomi lokal. Pemerintah didesak mengambil langkah tegas untuk melindungi industri ini.