#KaburAjaDulu: Tagar Keluar Negeri Trending karena Tekanan Sosial-Ekonomi
“#KaburAjaDulu |
Tagar #KaburAjaDulu sedang ramai dibicarakan di media sosial Indonesia, terutama di X (dulu Twitter), TikTok, dan Instagram. Ungkapan ini muncul sebagai bentuk sindiran sekaligus refleksi atas tekanan hidup yang dirasakan anak muda—khususnya soal ekonomi, pekerjaan, dan beban sosial di tanah air.
Kalimat sederhana “kabur aja dulu” mencerminkan keinginan banyak generasi muda untuk “melarikan diri sementara” dari tekanan hidup di Indonesia dengan cara pindah ke luar negeri, baik untuk bekerja, kuliah, atau sekadar rehat mental.
Dalam unggahan-unggahan dengan tagar ini, negara seperti Jepang, Korea Selatan, Jerman, Kanada, hingga negara-negara Skandinavia sering disebut sebagai destinasi impian. Bukan hanya karena standar gaji lebih tinggi, tapi juga sistem kerja dan kehidupan yang dianggap lebih “manusiawi.”
Namun, sebagian besar netizen mengakui bahwa impian untuk “kabur” bukan tanpa tantangan. Visa, biaya hidup awal, bahasa, dan penyesuaian budaya jadi kendala utama.
Bukan Sekadar Candaan—Ini Ekspresi Kegelisahan
Meski terdengar seperti guyonan, #KaburAjaDulu ternyata menyimpan keresahan nyata. Banyak unggahan yang menyuarakan betapa beratnya tekanan hidup saat ini:
-
Gaji yang stagnan tapi biaya hidup terus naik
-
Harga rumah yang tak terjangkau oleh generasi milenial dan Gen Z
-
Kultur kerja yang toxic dan penuh senioritas
-
Beban sosial dari keluarga, lingkungan, hingga budaya "serba harus sukses"
Salah satu cuitan viral menyebut:
“Temenku di luar negeri kerja 8 jam, weekend libur, bisa liburan tiap bulan. Gue di sini kerja 10 jam, disuruh lembur, gaji numpang lewat. #KaburAjaDulu.”
Beberapa pengamat sosial dan psikolog menyebut tren ini sebagai bentuk pelarian emosional yang sah, dan seharusnya tidak dianggap lelucon semata. Menurut Psikolog Klinis Lelyna Hadiwijaya:
“Generasi muda saat ini menghadapi tuntutan yang sangat tinggi, tapi tidak selalu dibarengi dengan sistem pendukung yang kuat. Tren #KaburAjaDulu bisa jadi sinyal bahwa kita butuh reformasi sosial yang lebih adil.”
#KaburAjaDulu bukan sekadar tren kocak ala Gen Z. Ini adalah refleksi dari realita hidup yang semakin menekan, dan sinyal bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam sistem sosial dan ekonomi Indonesia. Apakah semua orang akan benar-benar pergi? Tidak. Tapi keinginan untuk “kabur” adalah bentuk nyata dari kelelahan kolektif yang tak bisa lagi diabaikan.